Menu

Seperti Orang Belanda Meminta Maaf Atas Kekejaman, Indonesia Berjuang Dengan Masa Lalu Kelamnya Sendiri

Devi 24 Feb 2022, 11:23
Foto : Internet
Foto : Internet

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte meminta maaf kepada Indonesia pekan lalu, dengan mengatakan: “Kita harus menerima fakta yang memalukan. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada rakyat Indonesia hari ini atas nama pemerintah Belanda.”

Rutte mengikuti langkah Raja Belanda Willem-Alexander, yang meminta maaf atas kekejaman bangsanya selama pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Indonesia pada tahun 2020. Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia sampai 27 Desember 1949.

Studi ini diterbitkan setelah kontroversi selama berbulan-bulan atas perbedaan pandangan kedua negara tentang sub-periode yang disebut sebagai “bersiap”, dalam empat tahun perang revolusioner.

Kontroversi ini bermula dari penggunaan istilah Museum Kerajaan Belanda yang berbasis di Amsterdam dalam pameran yang sedang berlangsung berjudul “Revolusi! Indonesia's Independence”, yang menyoroti sejarah pascakolonial Indonesia pada periode 1945-1950.

Museum yang juga dikenal sebagai Rijksmuseum ini mengundang sejarawan Indonesia Bonnie Triyana sebagai kurator tamu untuk pameran tersebut. Triyana berpendapat dalam sebuah opini untuk surat kabar Belanda NRC Handelsblad pada 10 Januari bahwa istilah tersebut tidak boleh digunakan untuk pameran karena "mengambil konotasi yang sangat rasis".

“Istilah 'bersiap' selalu menggambarkan orang Indonesia yang primitif dan tidak beradab sebagai pelaku kekerasan, yang tidak sepenuhnya bebas dari kebencian rasial. Akar masalahnya terletak pada ketidakadilan yang diciptakan kolonialisme dan yang membentuk struktur masyarakat hierarkis berbasis rasisme yang menyelimuti eksploitasi koloni,” tulis Bonnie. Menurut Agus Suwignyo, sejarawan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, bersiap mengacu pada periode pasca-kemerdekaan dari 1945 hingga akhir 1946, di mana orang Indonesia melancarkan serangan kekerasan terhadap warga sipil kulit putih, Indo-Eropa, Maluku. , Tionghoa, dan kelompok lain yang mereka anggap berpihak pada penjajah.

Halaman: 123Lihat Semua