Menu

Kelompok Aktivis Asing Soroti Kecurangan Kanada Buang Sampah ke Indonesia Melalui Film Dokumenter

Rizka 22 Apr 2022, 14:23
google
google

RIAU24.COM -  Dalam sebuah film dokumenter Watchdoc, para aktivis asing mendokumentasikan sebuah kasus yang memerlihatkan Kanada membuang sampah ke negara berkembang dengan berkolaborasi bersama YouTube The Fifth Estate.

Film documenter ini dibuat oleh kelompok aktivis asing. Dalam tayangannya, menemukan bahwa perusahaan daur-ulang Kanda mengirim sampah rumah tangga yang tak terpilah secara ilegal.

Kiriman ini dilakukan dengan cara menyembunyikan sampah tak terpilah itu ke sampah yang sudah mendapatkan persetujuan untuk diekspor.

"Isi tempat sampah biru kami dikumpulkan dan dibuang dan 3,3 juta ton sampah plastik dipilah per tahun. (Namun) kurang dari sepuluh persen (sampah) plastik itu didaur ulang," kata jurnalis The Fifth Estate, Gillian Findlay, dalam dokumenter berjudul "Canadian Recycling Companies Caught Shipping Illegal Trash Overseas," yang dipublikasikan, Kamis (21/4).

Salah satu aktivis cilik asal Indonesia, Aeshnina Azzahra Aqilani (14), juga mengungkapkan kekhawatirannya atas masalah sampah plastik yang dikirim Kanada ke RI.

Ia membuat surat kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, untuk tak membuang sampah plastik Kanada ke Indonesia.

"Kepada, Perdana Menteri (Kanada), kenapa Anda mengirim sampah Anda ke negara saya? Anda harus mengelola sampah Anda di negara Anda," ujar Nina dalam dokumenter tersebut.

Dokumenter tersebut kemudian menunjukkan aktivitas Nina yang berupaya memungut sampah plastik di Sungai Brantas, Jawa Timur, bersama teman-temannya. Terlihat tumpukan sampah plastik memenuhi pinggiran sungai dan tersangkut pada tumbuhan yang berada di daerah itu.

Selain itu, Nina juga menceritakan masalah pembelian sampah kertas di Indonesia.

"Jadi pabrik kertas di Indonesia, mereka membeli sampah kertas dari negara maju, tetapi negara maju, mereka menyelundupkan sampah plastik mereka ke Indonesia karena mereka tahu bahwa daur ulang plastik itu sangat sulit dan mahal. Makanya mereka selundupkan saja ke Indonesia," kata Nina.