Menu

Cerita Sungai Aare dan Perairan Swiss Berbusa Karena Penuh Limbah

Azhar 29 May 2022, 12:08
Ilustrasi limbah pada sungai. Sumber: Internet
Ilustrasi limbah pada sungai. Sumber: Internet

RIAU24.COM -  Michael Hengartner, seorang ahli biokimia dan biologi molekuler Swiss-Kanada menyebutkan jika tempat anak sulung Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, terseret arus saat berenang, Sungai Aare dan Perairan Swiss pernah memiliki kualitas air yang buruk.

Katanya di masa lalu, kualitas air di Swiss jauh lebih buruk daripada sekarang. Busa mengapung di banyak tempat di sungai dan ada hamparan alga di danau dikutip dari detik.com, Sabtu, 29 Mei 2022.

Lebih parahnya lagi, banyak air limbah mengalir. Itu karena sampai tahun 1960-an, hanya sekitar 15 persen dari populasi di Swiss terkoneksi dengan pengolahan limbah.

Maka, air limbah kadang langsung dibuang di sungai. Bahkan limbah dari pabrik yang mengandung racun pun langsung dialirkan begitu saja.

Michael Scharer selaku warga yang menjabat kepala Water Body Protection Section dulu pada masa kecilnya pernah melihat kapal-kapal sampai dikerahkan untuk mengambil alga yang menjamur di danau.

Bahkan pada masa orang tuanya masih hidup, orang tak jarang jatuh sakit dan diare jika mereka tak sengaja menelan air saat berenang. Polusi air seperti berbusa tersembul di permukaan, kadang muncul tisu toilet, hamparan alga, sampai ikan-ikan yang mati mengapung di air.

Pada tahun 1963, sempat terjadi wabah tipes di sebuah resort pegunungan, di mana 3 orang meninggal dunia dan 450 jatuh sakit. Kondisi itu dugaanya ada kaitannya dengan polusi di perairan. Barulah di tahun 1971, pengelolaan air limbah memiliki aturan hukum.

Pada tahun 2005, sudah 97 persen populasi terhubung dengan pengelolaan air limbah terpusat.

Tahun 2017, jaringan selokan sudah sepanjang 130 ribu kilometer dan ada 800 pusat pengelolaan air limbah.