Menu

Raja Philippe Nyatakan Penyesalan Mendalam atas Kebrutalan Kolonial di Kongo

Zuratul 10 Jun 2022, 08:30
Raja Philippe datangi Veteran Kongo atas Penyesalan Kolonial/net
Raja Philippe datangi Veteran Kongo atas Penyesalan Kolonial/net

RIAU24.COM -  Raja Phillippe yang merupakan Raja Belgia, tepatnya pada hari Rabu (8/9) di Kinshasa mengatakan, permerintahan kolonial Belgia atas Kongo telah menyebabkan “penyalagunaan dan penyesalan”.

Dia sekali lagi menyampaikan “penyesalan terdalam untuk luka-luka masa lalu.” Raja Philippe berada di Kongo dalam rangka kunjungan enam hari.

“Rezim kolonial ini adalah hubungan yang tidak setara, tidak dapat dibenarkan perlakuannya... ditandai dengan paternalisme, diskriminasi dan rasisme,” katanya dalam pidato yang ditujukan kepada anggota parlemen Kongo.

Sebelumnya Raja Philippe bertemu dengan para Veteran Perang Dunia Ke-2 yang masih hidup di Republik Demokratik Kongo, dan meletakkan karangan bunga di situs peringatan untuk para veteran temput di ibukota Kinshsa.

Philippe berjabat tangan dengan Albert Kunyuku, veteran perang yang sekarang berusia 100 tahun, yang dulu bergabung dengan Force Publique Belgia dan ditempatkan di Myanmar.

Selama kunjunganya ke daerah bekas jajahan Belgia itu, Raja Philippe juga mengembalikan ‘Topeng Tradisional Inisisasi Etnis Suku’ kepada Museum Nasional di Kinshasa.

“Penyesalan Terdalam” saja tidak cukup

Kunjungan enam hari, yang dimulai pada Selasa (7/6), dipandang sebagai upaya Belgia mengelola sejarah kolonialisme brutalnya di Kongo, yang menelan jutaan nyawa.

Tetapi bebrapa warga Republik Kongo menganggap, pernyataan penyesalan saja tidak cukup, dilansir dari news.detik.com.

“Mereka meninggalkan kami terisolasi, terlantar. Mereka menjarah semua sumber daya kami, dan hari ini Anda mengundang raja Belgia lagi?” kata Junior Bombi, seorang pedagang dipasar sentral Kinshasa.

Sejarah kolonialisme penuh darah

Raja Leopold II antara tahun 1885 dan 1908 menyatakan daerah yang sekarang menjadi Republik Demokratik Kongo sebagai milik pribadi, dan memrintah dengan tangan besi yang brutal.

Sejarawan memperkirakan bahwa jutaan orang terbunuh, dimutilasi, atau meninggal karena penyakit selama pemerintahan Kolonial Leopold II.

Kawasan Kongo tetap menjadi bagian dari kekaisaran Belgia sampai memperoleh kemerdekaan pada 30 Juni 1960.