Menu

Waspada! Layanan 'Pay Later' Membuat Perempuan Asal Kalimantan Dililit Hutang

Zuratul 29 Jun 2022, 10:01
Ilustrasi/tirto.id
Ilustrasi/tirto.id

RIAU24.COM - Putri (nama samaran) yang tinggal di Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah sekitar 1.600km dari Jakarta, telah berbulan-bulan bermimpi untuk mengupgrade ke model yang lebih baru tapi tidak memiliki cukup uang.

Kemudian, awal tahun ini mahasiswa berusia 21 tahun itu melihat ada opsi beli sekarang, bayar nanti (BNPL) yang ditawarkan di halaman checkout aplikasi belanja online favoritenya.

Dia membutuhkan kurang dari 24 jam untuk mengaktifkan metode pembayaran, dan telpon yang harganya hampil lima kali lipat dari pendapatan bulanannya itu akhirnya menjadi miliknya pada bulan Februari.

Lebih dari empat bulan kemudian, Putri masih berjuang untuk meembayar kembali saldo, bersama dengan bunga yang meningkat. Aljazeera, meminta untuk menggunakan nama samaran untuk melindungi anonimitasnya.

“Setiap harim penagih utang menelpon saya lebih dari 20 kali. Saya merasa diteror, tetapi saya tidak bisa memberitahu orang tua saya. Saay tidak ingin membebani mereka,” lanjut Putri.

BNPL, yang memungkinkan pelanggan membayar barang secara mencicil dengan tingkat bunga yang  bervariasi telah membantu menutup kesenjangan pinjaman yang signifikan di Indonesia.

Penetrasi kartu kredit di negara ini terkenal rendah, hanya 6 persen tahun 2021 dengan hampir 65 persen dari 275 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki rekening bank.

Karena populasi negara itu semakinonline dalam beberapa tahun terakhir, metode pembayaran digital seperti BNPL telah mengalami lonjakan.

Penetrasi internet seluler Indonesia, sebesar 68 persen pada tahun 2021, sekarang termasuk yang tertinggi di kawasan ini diproyeksikan mencapai 79 persen pada tahu 2025.

Pengguna smartphone seperti Putri telah tertarik pada BNPL sebagai cara cepat dan mudah untuk membeli barang-barang yang mungkin tidak mampu mereka beli.

“Saya mengambil gambar kartu identitas sayaa dan mengunggahnya di Shopee untuk mengaktifkan Spaylater saya,” kata Putri merujuk pada layanan BNPL yang ditawrkan oleh platform e-commerce Shopee.

“ini sangat sederhana, setelah diverifikasi, saya dapat menggunakan kredit unutk melakukan pembayaran di platform.” Ujar Putri.

“saya terlalu takut untuk menggunakan ponsel baru saya sekarang,” kata Putri kepada

Hambatan untuk kredit

Dilansir dari Aljazeera, pemohon kartu kredit di Indonesia biasanya diminta untuk memberikan bukti penghasilan bulanan bersama dengan skor kredit yang sehat, tidak termasuk banyak berpenghasilan rendah seperti Putri, yang, di antara belajar, menghasilkan $95-$300 sebulan menulis untuk situs web penyedia konten.

Shopee yang berkantor pusat di Singapura, tempat Putri berbelanja secara rutin, adalah salah satu platform e-commerce yang paling banyak dikunjungi di Indonesia. 

Platform ini menempati posisi kedua setelah Tokopedia lokal tahun lalu, mencatat 126 juta kunjungan bulanan pada kuartal ketiga tahun 2021.

Layanan BNPL dalam aplikasi Shopee SPaylater adalah salah satu yang paling populer dari banyak opsi BNPL di negara ini, peringkat sebagai topik permintaan terkait pembayaran yang paling banyak dicari di Google antara 2018-2021.

Menurut Laporan Ekosistem Paylater Indonesia DSInnovate 2021. Layanan ini menawarkan tingkat bunga tetap 2,95 persen, dengan jangka waktu pinjaman satu, dua, tiga dan enam bulan.

Meskipun tidak ada data yang tersedia untuk umum tentang susunan sosial ekonomi pengguna SPaylater, branding layanan ini secara tegas ditujukan untuk masyarakat Indonesia berpenghasilan rendah dan menengah.