Menu

Jerman Mendeteksi Virus Cacar Monyet Pertama pada Anak, Setelah Kasus Terjadi pada Remaja

Amastya 10 Aug 2022, 11:16
Jerman konfirmasi kasus pertama cacar monyet pada anak setelah ada kasus pada remaja /pixabay
Jerman konfirmasi kasus pertama cacar monyet pada anak setelah ada kasus pada remaja /pixabay

RIAU24.COM - Ketika virus cacar monyet terus menyebar, Jerman mengonfirmasi kasus pertama pada seorang anak berusia empat tahun.

Pejabat kesehatan Jerman mendeteksi virus cacar monyet pada seorang gadis. Anak itu dilaporkan tinggal dengan dua orang dewasa yang terinfeksi namun dia tidak memiliki gejala saat ini bahkan ketika dokter mengambil swab untuk diagnosis.

Institut Robert Koch (RKI) negara itu telah mengonfirmasi penyebaran virus cacar monyet di kalangan remaja pekan lalu. Jerman telah mencatat 2.900 kasus cacar monyet sejauh ini.

Kasus cacar monyet di Eropa telah melonjak sejak Mei. RKI mengatakan meskipun risiko terhadap populasi rendah tetapi menambahkan bahwa pihaknya akan terus memantau situasi.

Komite tetap Jerman mengatakan untuk mencegah wabah, penting bagi negara untuk memulai kampanye vaksinasi.

Namun, komite Jerman mengatakan hanya memiliki 40.000 dosis vaksin Jynneos sementara mereka memesan 200.000 dosis lagi.

Disisi lain, Amerika Serikat telah menyatakan cacar monyet sebagai darurat kesehatan masyarakat pekan lalu karena berusaha untuk meningkatkan pasokan vaksin.

AS adalah salah satu negara yang paling terpukul dengan lebih dari 9.000 kasus cacar monyet. New York saat ini menjadi pusat virus dengan mayoritas kasus melibatkan pria yang berhubungan seks dengan pria, menurut laporan.

Pada Senin, Peru mencatat kematian cacar monyet pertama saat melaporkan lebih dari 300 kasus.

Pejabat kesehatan mengatakan pria berusia 45 tahun itu menderita penyakit penyerta dengan rumah sakit di negara itu yang melaporkan delapan hingga sembilan kasus cacar monyet per hari.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 18.000 orang telah terinfeksi virus cacar monyet di luar Afrika di setidaknya 78 negara di seluruh dunia dengan mayoritas kasus saat ini di Eropa.

(***)