Menu

Budaya Peninggalan Kolonial Belanda yang Masih Digunakan Rakyat Indonesia Hingga Saat Ini

Amastya 17 Aug 2022, 18:59
Bantal guling dan roti merupakan budaya peninggalan Belanda yang hingga kini masih digunakan oleh rakyat Indonesia /bukalapak.com
Bantal guling dan roti merupakan budaya peninggalan Belanda yang hingga kini masih digunakan oleh rakyat Indonesia /bukalapak.com

RIAU24.COM - Kebiasaan orang Indonesia ketika tidur dengan memeluk guling dan sarapan dengan roti sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, kebiasaan itu ternyata merupakan budaya peninggalan Belanda.

Dikutip YouTube CNN Indonesia pada (17/8/22), penggunaan guling pada saat tidur selain bantal  merupakan salah satu budaya peninggalan Belanda.

Jadi pada zaman dahulu orang-orang Belanda ini menyebut guling sebagai Dutch wife karena mereka menggunakan guling sebagai pengganti istri untuk dipeluk saat tidur.

Bagi sebagian orang Indonesia memeluk guling telah menjadi bagian dari kebiasaan tidur. Guling biasanya wajib ada di kasur sepaket dengan bantal.

Meski penggunaan guling ini cukup populer sebagian masyarakat belum mengetahui guling merupakan salah satu peninggalan budaya Belanda.

Pada zaman kolonial Belanda, ada kebijakan yang membatasi kedatangan perempuan dari Belanda ke Indonesia. Dengan demikian banyak penjajah yang datang tanpa membawa istri.

Sejarawan Universitas Gajah Mada, Satrio Dwicahyo, menjelaskan pada abad ke-17 orang Belanda membuat bantal yang memiliki panjang hampir seukuran manusia yang disebut guling. Saat itulah guling digunakan sebagai pendamping tidur pengganti istri.

Hingga kini guling masih terus digunakan, tetapi hanya sebagai perlengkapan tidur layaknya bantal.

“Mereka menciptakan itu karena kondisi disini artinya ini bukan sesuatu yang dibawa dari Belanda kemudian diciptakan disini. Mereka juga menciptakan segala sesuatu itu guling dan lainnya itu karena merespon situasi di Indonesia kala itu,” ujar Satrio.

“Kan nggak ada istrinya jadi kepikir itu sesuatu yang organik sekali kita ia melihat sisi fungsionalnya, jadi akhirnya itu (penggunaan guling) dilestarikan dan diterukan,” sambungnya.

Selain itu, sarapan dengan roti menggunakan meses dan roti gambang merupakan budaya yang diadaptasi dari Belanda

Dahulu orang Belanda menyebut meses dengan Hageslag semacam taburan kecil kembang gula untuk roti. Pada zaman kolonial, roti gambang sengaja dibentuk mirip bilah alat musik gambang kromong sehingga disebut roti gambang.

Roti padat ini kaya akan rempah seperti Kapulaga.

Makanan lain yang juga kaya akan rempah adalah semur daging. Semur berasal dari bahasa Belanda smur yang berarti teknik masa merebus lama hingga empuk.

Satrio menambahkan pengetahuan orang Belanda tentang rempah-rempah ini awalnya diajarkan oleh orang Indonesia. Tanpa disadari hal ini merupakan pertukaran budaya yang saling menguntungkan dan terbentuk menjadi bagian dari kekayaan budaya suatu bangsa.

(***)