Menu

Apa Itu Resesi Seks? Kasus yang Menghantui China Saat Ini

Zuratul 18 Aug 2022, 07:54
Ilustrasi (republika.co.id)
Ilustrasi (republika.co.id)

RIAU24.COM - Istilah resesi ekonomi boleh dibilang cukup familiar di telinga kita saat ini. Tetapi, China diterpa dengan kasus resesi seks.

Dikutip dari The Strait Times, sejatinya tidak ada alasan langsung angka kelahiran turun. Tetapi, setidaknya tampak bahwa pertumbuhan populasi di China melambat secara dramatis. Bahkan, Juli lalu petinggi China memperkirakan angka itu akan makin turun semakin menurun.

Tingkat kelahiran di China merosot menjadi 7,52 kelahiran per 1.000 orang tahun lalu. Menurut Biro Statistik Nasional, kasus ini menjadi yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1949, ketika Partai Komunis China didirikan.

Seperti yang dikutip kompas.com, pakar demografi menyebut tren itu diakibatkan oleh rendahnya wanita yang menginginkan kehamilan. 

Pada Oktober lalu, Liga Pemuda Komunis China mengeluarkan publikasi yang mencatat hampir setengah atau 50% dari wanita muda yang tinggal di perkotaan negeri itu enggan menikah.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan keengganan perempuan untuk menikah. Berdasarkan sebuah survei responden menjawab tidak mempunyai waktu hingga biaya pernikahan dan beban ekonomi setelah memiliki anak.

Sepertiga responden juga mengatakan mereka tidak percaya pada pernikahan. Bahkan, dalam persentase yang sama, mereka juga mengatakan tidak pernah jatuh cinta.

Dari seluruh alasan itu, ada juga satu alasan terkait kultur bekerja 9-9-6. Budaya ini adalah posisi bekerja di mana warga bekerja 9 pagi sampai 9 malam, enam hari seminggu.

Budaya ini paling kentara di perusahaan digital seperti Alibaba, Panduoduo, dan JD.com. Pekerja di sana merasa tidak leluasa membangun keluarga.

Perusahaan menyebut kultur ini merupakan program "perjuangan". Karyawan diminta melepas hak dan tunjangannya untuk perkembangan perusahaan.

Terkini, pemerintah China mengumumkan jurus baru untuk menggenjot satu keluarga. Yakni, satu keluarga boleh memiliki lebih banyak anak.

Pedoman kebijakan dikeluarkan Komisi Kesehatan Nasional Selasa (16/8/2022). Badan itu mendesak pemerintah pusat dan provinsi untuk meningkatkan pengeluaran di kesehatan reproduksi dan meningkatkan layanan pengasuhan anak secara nasional.]

"Mereka mengharuskan pemerintah daerah untuk menerapkan langkah-langkah yang mendukung kesuburan aktif," tulis AFP mengutip pengumuman Komisi Kesehatan Nasional.

"Termasuk menawarkan subsidi, potongan pajak, dan asuransi kesehatan yang lebih baik, serta dukungan pendidikan, perumahan dan pekerjaan untuk keluarga muda," ditambahkan.

Semua provinsi juga harus memastikan bahwa mereka menyediakan layanan pengasuhan yang cukup untuk anak-anak berusia dua hingga tiga tahun. Setidaknya ini harus tercapai di akhir tahun ini.

Sebenarnya, kota-kota Cina yang lebih kaya telah membagikan pajak dan kredit perumahan, tunjangan pendidikan serta insentif tunai untuk mendorong perempuan memiliki lebih banyak anak. Pedoman terbaru yang dikeluarkan hari ini, juga berusaha untuk mendorong semua provinsi untuk meluncurkan langkah-langkah tersebut.

(***)