Menu

AS Panas Dingin, Putin Akhirnya Bertemu dengan Xi Jinping di KTT SCO Uzbekistan 

Zuratul 16 Sep 2022, 09:51
Potret Kebersamaan Putin dan Xi Jinping di KTT Uzbekistan (Photo: CNNIndonesia)
Potret Kebersamaan Putin dan Xi Jinping di KTT Uzbekistan (Photo: CNNIndonesia)

RIAU24.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping bertemu di Uzbekistan, Kamis (15/9). Ini pertemuan pertama sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022. 

Keduanya akan bergabung dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Shanghai Cooperation Organization (SCO), Jumat (16/9). Xi tiba di bandara Samarkand dan disambut. 

Dalam perjalanan pertamanya ke luar Cina sejak awal pandemi COVID-19, Xi Jinping tiba di Asia Tengah pada Rabu (14/9), hanya sebulan sebelum Partai Komunis menggelar kongres yang akan mengukuhkannya sebagai pemimpin Cina paling kuat sejak Mao Zedong.

Xi Jinping dan Vladimir Putin bertemu Kamis sore, di sela-sela pertemuan puncak Organisasi Kerjasama Shanghai Cooperation Organization(SCO) yang dihadiri juga oleh para pemimpin India dan Asia Tengah.

"Para presiden akan membahas agenda bilateral dan topik utama regional dan internasional," kata ajudan kebijakan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, kepada wartawan di Moskow mengutip DW. 

Didirikan pada tahun 2001, Organisasi Kerjasama Shanghai SCO mengacu pada kelompok delapan negara yang terdiri dari Cina, Rusia, India, Pakistan, Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan, dan Tajikistan.

Mereka berjanji bekerja sama dalam hal-hal yang berhubungan dengan politik, ekonomi dan keamanan. Pembentukan SCP dipelopori oleh Cina dan Rusia dalam upaya untuk mengimbangi pengaruh AS.

Pertemuan dengan "signifikansi khusus"

Yuri Ushakov mengatakan, para pemimpin akan membahas tentang Ukraina dan Taiwan pada pertemuan yang menurutnya akan memiliki "signifikansi khusus" mengingat situasi geopolitik saat ini.

Terakhir kali Xi dan Putin bertemu langsung di Beijing, hanya beberapa minggu sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Ketika itu mereka mendeklarasikan "kemitraan tanpa batas" dan menandatangani janji untuk berkolaborasi lebih banyak melawan Barat.

Kemitraan Xi-Putin yang semakin mendalam, dianggap sebagai salah satu perkembangan paling signifikan dalam geopolitik setelah kebangkitan spektakuler Cina selama 40 tahun terakhir.

Sedangkan Rusia setelah runtuhnya Uni Soviet tahun 1991 sekarang menjadi mitra junior  Cina, yang diperkirakan akan menyusul Amerika Serikat sebagai kekuatan ekonomi terbesar dunia dalam sepuluh tahun ke depan.

Xi Jinping dan Vladimir Putin mengatakan, hubungan mereka tidak pernah sebaik ini. Meskipun Rusia dan Cina di masa lalu menjadi saingan dan sudah pernah berperang, kedua pemimpin sekarang berbagi pandangan tentang Barat yang mereka anggap dekaden dan sudah kehilangan pengaruh.

(***)