Menu

Peristiwa di Inggris Ini Mirip-mirip Tragedi di Kanjuruhan, Sudah Tahu?

Azhar 15 Oct 2022, 12:41
Tragedi Victoria Hall Stampede. Sumber: National Geographic Indonesia
Tragedi Victoria Hall Stampede. Sumber: National Geographic Indonesia

RIAU24.COM - Kerajaan Inggris pernah mengalami peristiwa serupa dengan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan di Indonesia.

Tragedi tersebut dikenal dengan Tragedi Victoria Hall Stampede dikutip dari merdeka.com.

Kejadian ini bahkan memakan korban hingga 183 orang yang seluruhnya terdiri dari anak-anak karena terinjak-injak usai menonton sebuah pertunjukkan.

Peristiwa ini terjadi pada 16 Juni 1883 di Sunderland, Timur Laut Inggris.

Kisah diawali ketika Victoria Hall menjadi tempat pertunjukan hiburan yang diadakan oleh Fays. Mereka adalah sepasang penghibur keliling dari Tynemouth Aquarium.

Mereka kemudian diketahui memberikan pertunjukan untuk anak-anak yang terdiri dari sulap, lilin berbicara, ilusi hantu  dan lain sebagainya.

Banyak anak-anak di Inggris pun kemudian berbondong-bondong datang ingin menyaksikan pertunjukkan tersebut.

Terlebih lagi, penonton yang datang juga dijanjikan bahwa setiap anak yang memasuki ruangan akan memiliki kesempatan untuk menerima hadiah yang bagus seperti buku hingga mainan.

Dari sana tragedi memilukan dimulai ketika penyelenggara mengumumkan bahwa anak-anak dengan tiket bertirai bernomor akan diberikan hadiah saat mereka meninggalkan aula konser.

Pada saat yang sama, penyelenggara juga memberikan hadiah kepada anak-anak di lantai dasar. Namun padatnya pengunjung, membuat hadiahnya dilemparkan ke penonton.

Karena hal itulah situasi di dalam gedung pertunjukkan mulai tidak kondusif. Sebab, anak-anak yang duduk di lantai atas cemas tidak kebagian hadiah yang dilempar ke lantai dasar.

Oleh karena itu, banyak dari mereka mulai turun ke lantai dasar gedung konser secara berebut. Di kaki tangga ada pintu yang menyediakan akses ke lantai dasar.

Pada hari itu, pintu dibuka ke dalam dan digembok oleh manajemen, menyisakan celah kecil sekitar 50 sentimeter untuk dilewati anak-anak.

Pengaturan ini dimaksudkan untuk mengontrol arus anak-anak, serta memungkinkan manajemen untuk memeriksa tiket anak-anak dengan lebih mudah.

Namun, hal ini ternyata justru membuat banyak anak terjepit karena saling berebut untuk keluar.

Kericuhan sempat berhasil ditangani dalam waktu 30 menit. Namun, pada saat itu juga disadari bahwa sebanyak 183 anak, 114 laki-laki dan 69 perempuan justru ditemukan tewas terinjak-injak.

Disebutkan, jika korban termuda pada tragedi itu ialah berusia 3 tahun sementara yang tertua berusia 14 tahun.