Menu

Studi: Meluruskan Rambut Dapat Sebabkan 3 Kali Lipat Terkena Resiko Kanker Langka

Amastya 19 Oct 2022, 11:40
Studi terbaru mengungkapkan bahwa meluruskan rambut dapat meningkatkan 3 kali terkena resiko kanker langka /Reuters
Studi terbaru mengungkapkan bahwa meluruskan rambut dapat meningkatkan 3 kali terkena resiko kanker langka /Reuters

RIAU24.COM - Sebuah studi baru menyebutkan, wanita yang sering menggunakan alat pelurusan rambut kimiawi berisiko lebih besar terkena jenis kanker yang relatif langka.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of National Cancer Institute, memasukkan data dari hampir 34.000 wanita di Amerika Serikat selama periode sekitar 11 tahun (tepatnya 10,9). Peserta berusia antara 35 hingga 74 tahun.

Ini menunjukkan fakta bahwa wanita yang menggunakan produk pelurus rambut berisiko jauh lebih tinggi, hampir tiga kali lipat beresiko kanker rahim.

Sebuah laporan Reuters mengutip pemimpin studi Alexandra White dari Institut Nasional Keselamatan Kesehatan Lingkungan AS (NIEHS) yang mengatakan, "Kami memperkirakan bahwa 1,64 persen wanita yang tidak pernah menggunakan pelurus rambut akan terus mengembangkan kanker rahim pada usia 70 tahun, tetapi untuk pengguna yang sering, risiko itu naik menjadi 4,05 persen."

Dia menambahkan bahwa penting untuk menempatkan informasi ini ke dalam konteks mengingat bahwa kanker rahim adalah jenis kanker yang relatif langka.

Dari 33.947 wanita yang terdaftar dalam penelitian ini, 378 mengembangkan kanker rahim.

Namun, untuk mencapai kesimpulan, para peneliti memperhitungkan faktor risiko lain, mereka menemukan bahwa kemungkinan kanker rahim meningkat 2,5 kali lipat untuk wanita yang menggunakan produk pelurus kimia lebih dari empat kali setahun.

Studi ini tidak menemukan hubungan rasial, tetapi karena fakta bahwa wanita kulit hitam lebih sering menjadi pengguna produk ini dan cenderung mulai menggunakannya pada usia yang lebih muda, para peneliti menekankan pentingnya temuan itu bagi mereka.

Studi sebelumnya menurut Reuters telah menunjukkan bahwa produk-produk ini mengandung bahan kimia pengganggu endokrin yang sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko kanker payudara dan ovarium yang lebih tinggi.

Namun, menurut para peneliti, temuan ini hanyalah bukti epidemiologis pertama dari hubungan antara penggunaan produk pelurus dan kanker rahim dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi bahan kimia spesifik di balik risiko.

(***)