Menu

Kanada Akan Memanggil Duta Besar Rusia Setelah Tweet 'Kebencian' Terhadap LGBTQ

Devi 29 Nov 2022, 15:46
Kanada Akan Memanggil Duta Besar Rusia Setelah Tweet 'Kebencian' Terhadap LGBTQ
Kanada Akan Memanggil Duta Besar Rusia Setelah Tweet 'Kebencian' Terhadap LGBTQ

RIAU24.COM - Menteri luar negeri Kanada pada hari Senin mengarahkan para pejabatnya ke duta besar Rusia Oleg Stepanov atas serangkaian tweet anti-LGBTQ yang termasuk salah satunya ditujukan kepada menteri federal lesbian secara terbuka.

Kedutaan memposting pesan di Twitter dalam beberapa hari terakhir setelah anggota parlemen Rusia menyetujui undang-undang yang melarang semua bentuk "propaganda" LGBTQ yang menurut para kritikus meningkatkan tindakan keras terhadap hubungan seksual "non-tradisional", yang memengaruhi segala hal mulai dari buku dan film hingga postingan media sosial. 

"Tidak mengherankan, Rusia sekali lagi memilih propaganda kebencian," kata wakil direktur komunikasi Menteri Luar Negeri Melanie Joly, Emily Williams, dalam sebuah pernyataan.

"Ini adalah serangan terhadap nilai-nilai penerimaan dan toleransi Kanada. Menteri Joly telah mengarahkan Urusan Global Kanada untuk memanggil duta besar Rusia untuk memberitahunya sebanyak itu," katanya.

Ilustrasi foto dimasukkan dalam tweet Rusia yang menyertakan bendera kebanggaan yang dilapis dengan garis merah di dalam lingkaran merah, menandakan itu dilarang.

Ucapan yang menyertainya berbunyi, "Ini semua tentang keluarga. Keluarga adalah laki-laki dan perempuan dan anak-anak." 

Kedutaan Rusia juga menyasar Menteri Olahraga Kanada Pascale St-Onge, yang terang-terangan lesbian. Omelan itu muncul setelah dia keberatan dengan "propaganda homofobik Rusia".

Dia diminta untuk "menjelajahi dan menjelaskan bagaimana Anda muncul di dunia ini?"

"Kami benar-benar tidak dapat mentolerir retorika ini dan terlebih lagi komentar selanjutnya atas tanggapan Menteri St-Onge," kata Williams.

Dalam email ke AFP, St-Onge mengatakan dia "sangat tersinggung dengan pesan duta besar Rusia terhadap homoseksual saat berada di tanah Kanada," menyebutnya sebagai "penghinaan terhadap hak-hak yang diperoleh dengan susah payah dari seluruh komunitas LGBTQ+."

 

***