Menu

Gereja Ortodoks Keluarkan Peringatan Kiamat Jika Rusia Hancur

Riko 20 Jan 2023, 20:38
Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill
Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill

RIAU24.COM - Kepala Gereja Ortodoks Rusia Patriark Kirill memperingatkan setiap upaya menghancurkan Rusia dapat menimbulkan bencana bagi seluruh dunia. 

Peringatan itu muncul pada Kamis setelah kebaktian yang menandai hari raya Epiphany Kristen Ortodoks. 

Pemimpin gereja itu mengklaim komunitas internasional dan Rusia menghadapi "ancaman yang sangat besar." 

Menurut Patriark Kirill, “Akar masalahnya adalah beberapa orang gila percaya bahwa Rusia, yang memiliki senjata ampuh dan dihuni oleh orang-orang yang sangat kuat… yang tidak pernah menyerah kepada musuh dan selalu muncul sebagai pemenang, dapat dikalahkan dalam situasi saat ini.” 

“Juga tidak mungkin untuk memaksakan pada mereka nilai-nilai tertentu yang bahkan tidak bisa disebut nilai, sehingga mereka akan menjadi seperti orang lain dan mematuhi mereka yang memiliki kekuatan untuk mengendalikan sebagian besar dunia,” catat dia.

“Kami berdoa kepada Tuhan agar dia mencerahkan orang-orang gila itu dan membantu mereka memahami bahwa setiap keinginan untuk menghancurkan Rusia akan berarti akhir dunia,” tegas dia mengutib dari Sindonews.

Pernyataan Patriark menggemakan pernyataan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Kamis, yang memperingatkan negara-negara yang ingin melihat Moskow dikalahkan di Ukraina bahwa kekuatan nuklir seperti Rusia “tidak pernah kalah dalam konflik besar yang menjadi sandaran nasib mereka.”

“Jika negara seperti itu kalah dalam perang konvensional, itu bisa memicu konflik nuklir,”papar Medvedev. 

Awal bulan ini, kepala Gereja Rusia mengimbau pasukan Moskow dan Kiev membuat gencatan senjata menjelang dan selama Natal Ortodoks pada 7 Januari untuk memberikan kesempatan kepada umat beriman menghadiri kebaktian.

Beberapa jam kemudian, proposal tersebut didukung Presiden Rusia Vladimir Putin yang memerintahkan pasukan Moskow mundur selama 36 jam. 

Gencatan senjata, bagaimanapun, ditolak Kiev, dengan pejabat Ukraina menolak tawaran itu sebagai "kemunafikan" dan tipu muslihat militer.