Menu

Dengan Konservasi Alam APRIL Group dan RAPP, Bumi Merajut Sepotong Asa di Hamparan Gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang

Devi 22 Jan 2023, 19:35
Foto : Semenanjung Kampar (Berbagai Sumber)
Foto : Semenanjung Kampar (Berbagai Sumber)

RIAU24.COM - PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) dan APRIL Group merupakan perusahaan yang memiliki komitmen tinggi dalam menjaga kawasan hutan di Pulau Sumatera.

Hal ini dibuktikan dalam setiap kegiatan pelestarian lingkungan dan kawasan yang dilakukan pemerintah, APRIL Group dan RAPP selalu berpartisipasi dalam mengambil peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati, baik itu dalam kegiatan yang ditaja oleh masyarakat ataupun pemerintah.

Salah satu tugas penting yang ditaja oleh APRIL Group dan RAPP dalam mengambil peran dalam sustainability alam dilakukan di kawasan Semenanjung Kampar lewat program Restorasi Eksosistem Riau (RER).

Restorasi Eksosistem Riau adalah sebuah program yang bersifat kolaboratif dengan melibatkan sektor publik dan swasta. Dalam hal ini melibatkan setiap kegiatan pelestarian lingkungan dan kawasan yang dilakukan pemerintah, APRIL Group dan RAPP dalam menjaga sustainability alam.

Dengan merestorasi hutan dan mengkonservasi hutan gambut yang bernilai ekologis tinggi, diharapkan program yang ditaja oleh APRIL Group dan RAPP dalam kegiatan pelestarian lingkungan dan kawasan dapat tercapai.

Semenanjung Kampar sendiri berada di kabupaten Pelalawan, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.

Seperti pagi itu.

Matahari kembali memancarkan sinarnya lewat celah dedaunan di hutan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, semburat matahari terlihat begitu indah.

Waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi, dan itu menjadi tanda bagi para sosok-sosok gagah berseragam krem untuk mulai bertugas di kawasan yang terletak di bagian selatan Sungai Kampar tersebut.

Dengan gagah, sosok-sosok itu mulai melangkah dan menyisir setiap jengkal demi jengkal lahan yang ada dikawasan hutan Semenanjung Kampar, yang bagian utaranya berbatasan dengan Sungai Siak dan Selat Panjang.

Tanpa tahu apa yang akan terjadi di dalam hutan, sosok-sosok berseragam krem itu mulai siap untuk menjelajahi semenanjung Kampar. 

Tak peduli ganasnya hutan yang lebat, beragam hewan buas, tanaman beracun dan berbagai tantangan yang luar biasa, para sosok berseragam coklat tersebut dengan semangat membara menjalankan tugas mulia.

Sosok-sosok gagah berseragam krem tersebut tak lain adalah para jagawana (ranger).

Para ranger atau para penjaga hutan itu merupakan bagian dari Restorasi Ekosistem Riau (RER).

Mereka mendapat tugas mulia untuk melindungi hutan di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Dengan kondisi yang ada di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang masih sangat terjaga, tentu saja keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna di dalam area restorasi sangatlah kaya. Tentu saja hal itu harus dilestarikan lewat Restorasi Ekosistem Riau

Apalagi sebagian flora dan fauna yang berada di kawasan RER merupakan jenis yang dilindungi oleh Indonesia, baik secara global maupun nasional.

Sebagai informasi, luas Semenanjung Kampar dan Pulau Padang mencapai 150.000 ha. Luas ini setara dengan dua kali wilayah Singapura atau setara dengan luas kota London.

Tentu saja, menjaga hutan di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang bukanlah hal yang mudah. Setiap detiknya, para ranger bertugas untuk melindungi hutan dari berbagai ancaman.

Setiap hari para ranger harus siaga menghadapi kejadian yang terjadi didalam hutan.

Tak pelak kegiatan illegal, pembakar lahan, dan pemburu gelap kerap terjadi di wilayah tersebut.

Tak sekedar tugas, secara langsung para ranger merawat dan melindungi hutan yang merupakan ‘paru-paru’ dunia, khususnya untuk wilayah Provinsi Riau. Memang, menjaga hutan bebas dari kebakaran, ancaman penebang, dan pemburu liar dalam keadaan cerah maupun hujan bukanlah sebuah pekerjaan yang gampang.

Namun dengan penuh dedikasi dan untuk keselamatan para generasi muda mendatang, para ranger itu tak pernah surut dalam menjalankan tugasnya.

Saat ini, diketahui ada 60 ranger yang bertugas di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Jumlah itu dibagi menjadi dua bagian. Ada 34 ranger yang bertugas di Semenanjung Kampar, dan sisanya yakni 26 ranger lainnya bertugas di Pulau Padang.

Dalam bertugas, para ranger memiliki pembagian tugas dan dibagi dalam beberapa shift.

Sebagai contoh, ada enam ranger yang ditugaskan dalam satu shift; empat diantaranya berpatroli dan dua lainnya stand by di pos.

Terlepas dari segala tantangan yang dihadapi kala mereka bertugas, para penjaga hutan ini berdedikasi ini mengaku memiliki kepuasan tersendiri dalam pekerjaan mereka.

Pasalnya, mereka bisa menjadi lebih dekat dengan alam yang dicintai dan dalam bekerja, mereka juga melibatkan masyarakat lokal serta komunitas dalam melindungi area Restorasi Ekosistem Riau.  

Bagaimanapun juga, alam yang dijaga bukan hanya milik para ranger saja, namun itu juga adalah milik masyarakat bersama.

Sebelum RER beroperasi, Semenanjung Kampar dan Pulau Padang merupakan area yang cukup terdegradasi.

Pembalakan liar, perambahan hutan secara besar-besara , praktik tebang-bakar pohon, serta kegiatan penebangan yang tidak lestari, membuat kondisinya cukup memprihatinkan.

Bahkan penebangan hutan secara asal-asalan berlangsung selama bertahun-tahun, sebelum mulainya upaya restorasi di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang.

Akibatnya, kedua lanskap inipun akhirnya rusak berat. Bukan hanya kondisi hutan yang hancur, tetapi ekosistemnya yang sudah rapuh.

Tak ayal, rawa gambut di kawasan Semenanjung Kampar juga terancam kering akibat pertanian komersial serta kebakaran yang dilakukan pendatang dalam membuka lahan.

Meski terjadi hal-hal tersebut, Semenanjung Kampar diketahui masih menyimpan stok karbondioksida dalam jumlah yang sangat besar, yang tentu sangat dibutuhkan oleh manusia.

Berdasarkan penelitian yang dimulai sejak Mei hingga Desember 2015 lalu oleh lembaga konservasi alam Fauna & Flora International (FFI) bersama tim ekologi Restorasi Ekosistem Riau (RER), diketahui jika Restorasi Ekosistem Riau merupakan rumah ternyaman bagi ratusan spesies yakni dengan rincian 759 spesies, 119 spesies pohon dan 69 spesies non-pohon. 

Hasil penelitian itu didapat lewat pemantauan satwa dengan menggunakan kamera trap dan operasi pengelolaan ekosistem.

Hasilnya menyebutkan jika dari ratusan spesies di dalam hutan Semenanjung Kampar terdapat 52 spesies langka dari kategori mamalia, tumbuhan, burung, amfibi, dan reptil, 5 spesies tergolong kritis, 14 terancam punah, dan 25 lainnya rentan.

Adapun ke 52 spesies langka ini masuk ke dalam daftar merah (red list species) oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) dengan kategori Critical Endangered (kritis), Endangered (terancam punah), dan Vulnerable (rentan).

Adapun spesies hewan langka yang masuk ke dalam golongan kritis adalah harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan trenggiling (Sunda Pangolin Manis).

Ada juga tuntong laut (Batagur borneoensis) yang terancam punah akibat telurnya yang sering dicuri manusia.

Sementara untuk jenis tanaman langka yang ditemukan di kawasan Semenanjung Kampar adalah pohon dengan jenis Meranti Bakau dan Resak Paya. Kedua jenis pohon ini kini sangat langka, karna sering ditebang manusia disebabkan harga kayunya yang sangat mahal. 

Selain itu tanda-tanda gajah sumatera dan tapir yang merupakan hewan asli Sumatera juga tidak ditemukan di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Namun yang cukup mencengangkan, burung-burung kerap menjadikan Semenanjung Kampar sebagai tempat migrasi mereka.

Selain itu, dari hasil penelitian juga ditemukan adanya penyebaran baru jenis katak endemic.

Bahkan diketahui ada beberapa jenis katak langka yang ditemukan disana, seperti Bonaparte's Nightjar dan Black Partridge. Kedua jenis katak ini tidak dapat ditemukan dibagian wilayah Indonesia yang lainnya.

 

Sekilas tentang Semenanjung Kampar 

Tak banyak yang tahu jika kawasan lahan gambut di Indonesia merupakan ekosistem yang tergolong paling sensitif dan paling terancam punah di dunia. 

Cukup menyeramkan bukan?

Seperti yang diketahui, lahan gambut adalah salah satu ekosistem paling penting didunia. Hutan gambut ternyata juga banyak menyimpan 'harta karun'. 

Meskipun hanya mencakup sekitar 3% luas daratan bumi, namun ekosistem lahan gambut menyediakan perlindungan bagi keanekaragaman hayati dunia, sumber air bersih, sekaligus penyimpan karbon untuk meminimalkan dampak perubahan iklim.

Dan ternyata, Pulau Sumatera merupakan salah satu dari sedikit tempat di dunia ini yang kaya akan lahan gambut. 

Tentu hal ini suatu karunia yang tak boleh disia-siakan. Dan kita patut berbangga, karena Semenanjung Kampar adalah salah satu ekosistem gambut terbesar di Asia Tenggara.

Namun meski Semenanjung Kampar di Sumatra adalah salah satu area gambut terbesar di Asia Tenggara, itu juga sekaligus merupakan lahan gambut yang paling terancam.

Padahal hutan tropis yang ada di dalam Semenanjung Kampar diketahui memiliki keanekaragaman hayati yang sangat kaya.

Hal ini juga menopang kehidupan spesies satwa liar yang terancam punah, termasuk antara lain Harimau Sumatra, Kucing Tandang, dan Beruang Madu.

Bahkan saking pentingnya, kawasan Semenanjung Kampar ditegaskan dengan pengakuan dari BirdLife International, The International Union for Conservation of Nature (IUCN), Wildlife Conservation Society (WCS), dan World Wildlife Fund (WWF) yang juga menyatakan kawasan Semenanjung Kampar sebagai Kawasan Burung Penting (2004), Kawasan Keanekaragaman Hayati Penting (2006), serta dinobatkan menjadi Kawasan Konservasi Harimau (2007).

Melihat pentingnya kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang, membuat APRIL Group berkomitmen untuk menjaga lahan gambut di Pulau Sumater dengan komitmen hingga sebesar USD 100 juta untuk sepuluh tahun pertama operasinya.

APRIL Group berkomitmen bersama Restorasi Ekosistem Riau (RER) untuk membuat program restorasi jangka panjang untuk melindungi, mengkaji, merestorasi, dan mengelola hutan gambut beserta ekosistemnya yang telah terdegradasi.

APRIL Group ingin melalui pendekatan secara terintegrasi dalam penyelenggaraan kehutanan yang berkelanjutan dan konservasi di tingkat lanskap, yang berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim di Indonesia dan di tingkat global.

Dibentuk oleh APRIL Group pada 2013, Restorasi Ekosistem Riau merupakan program jangka panjang dengan pendekatan bentang alam.

APRIL Group termasuk dalam bagian dari Grup Royal Golden Eagle (RGE) yang mengelola sekelompok perusahaan manufaktur berbasis sumber daya alam (SDA) dan beroperasi secara global.

Dan melalui Restorasi Ekosistem Riau, Grup APRIL berkomitmen melindungi, merestorasi, dan mengonservasi ekosistem di lahan gambut.

APRIL Group dan Restorasi Ekosistem Riau juga bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk memperkuat usaha konservasi di Semanjung Kampar dan Pulau Padang.

Adapun pengelolaan Restorasi Ekosistem Riau bukanlah asal-asalan, namun dibuat berdasarkan izin restorasi ekosistem dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Dan masa izin Restorasi Ekosistem Riau tersebut berlaku selama 60 tahun.

"Untuk upaya konservasi dan restorasi, APRIL Group telah berkomitmen dukungan dana sebesar 100 juta dolar untuk 10 tahun sejak tahun 2015," kata Director of External Affairs Restorasi Ekosistem Riau (RER), Nyoman Iswarayoga kala itu.

Terbukti, sejak dibentuknya Restorasi Ekosistem Riau atas inisiasi APRIL Group selama tujuh tahun terakhir, kawasan Semenanjung Kampar bebas dari kebakaran hutan.

Hal itu layak diapresiasi, sebab kebakaran lahan dan hutan menimbulkan dampak yang sangat luar biasa bagi manusia. Dan hal ini menorehkan kemajuan bagi APRIL Group dan Restorasi Ekosistem Riau.

Adapun kemajuan yang dimaksud terkait upaya menjaga dan melindungi lahan gambut sebaga habitat bagi flora dan fauna yang dilindungi di Indonesia.

Tentu saja pencapaian tersebut dapat berjalan dengan baik berkat adanya komitmen kuat dalam upaya restorasi, perlindungan hutan, serta pelibatan langsung masyarakat di dalamnya dalam menjaga kelestarian hutan di kawasan Semenanjung Kampar.

 

Komitmen APRIL Group Dalam Membangun Masa Depan Berkelanjutan Melalui Konservasi dan Kemitraan

Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Sihol Aritonang mengatakan, pencapaian yang diraih APRIL Group dalam Membangun Masa Depan Berkelanjutan Melalui Konservasi dan Kemitraan dengan RER tersebut tidaklah lepas dari metode yang ditetapkan oleh APRIL Group dan RAPP.

"Adapun Restorasi Ekosistem Riau in tidak hanya mendukung program restorasi ekosistem dan keanekaragaman hayati di Indonesia saja. Namun, denggan adanya pengelolaan Restorasi Ekosistem Riau yang ditaja oleh APRIL Gorup ini juga mendukung upaya pemerintah dalam mengendalikan perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon,” jelas Sihol.

Ada metode yang dilakukan oleh APRIL Group dan RAPP yakni pendekatan produksi-proteksi, khususnya di wilayah Semenanjung Kampar. 

RER juga diketahui merupakan perwujudan nyata komitmen perusahaan dalam mendorong penerapan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). 

Hal ini dilakukan sebagai wujud komitmen APRIL Group dalam program yang diluncurkan oleh perusahaan pada November 2020 lalu, yakni APRIL2030.

Tak hanya sekedar mengelola Restorasi Ekosistem Riau, APRIL Group juga telah berhasil menyelesaikan pembangunan pusat penelitian Eco-Research Camp, setelah empat tahun perencanaan.

Eco-Research Camp ini difungsikan untuk pusat ilmu pengetahuan lahan gambut tropis  bagi para ilmuwan dan akademisi nasional maupun internasional serta pemangku kepentingan, yang ingin meneliti lahan gambut secara teliti.

Fasilitas Eco-Research Camp ditujukan bagi peneliti dan akademisi yang ingin merasakan pengalaman langsung cara merestorasi ekosistem di lapangan.

Tak hanya pembangunan Eco-Research Camp, perusahaan juga terus mendukung lanskap di area operasional lewat APRIL2030, sebagai dukungan terhadap inisiatif restorasi melalui kolaborasi dan kerja sama.

Tak main-main, APRIL Group memperluas komitmen konservasi dan restorasi hutan dengan menyisihkan dana dari tiap ton kayu yang digunakan dalam produksi.

APRIL Group telah menyiapkan pendanaan fantastis untuk investasi di bidang lingkungan dalam 10 tahun ke depan, yakni hingga 10 juta dollar AS per tahunnya.

Adapun dana ini didapat dari setiap ton serat yang digunakan dalam produksi.

Sebagai informasi, RER diwujudkan untuk mewujudkan program APRIL2030 pada poin 15, yakni Life on Land (Ekosistem Daratan) dan 13, Climate Action (Penanganan Perubahan Iklim).

 

Mengenal Lebih Dekat Tentang Program APRIL2030

Adapun program APRIL2030 merupakan komitmen yang digagas oleh APRIL Group.

Komitmen ini bersifat berkelanjutan transformatif yang berisi serangkaian aksi nyata yang akan berkontribusi positif terhadap iklim, alam dan pengembangan masyarakat dalam 10 tahun ke depan.

Tentu saja, komitmen APRIL2030 terdiri dari serangkaian target spesifik berbasis sains.

APRIL2030 dikelompokkan menjadi empat komitmen. Adapun keempat komitmen itu yaitu :

1. Iklim positif yang mencakup aksi aksi yang menekankan penerapan solusi berbasis sains terbaik.

Hal ini diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara drastis termasuk mencapai nol emisi karbon bersih dari penggunaan lahan dan mengurangi karbon emisi produk hingga 25%.

2. Lanskap yang berkembang untuk memajukan konservasi dan keanekaragaman hayati. Hal ini dilakukan dengan memprioritaskan pendekatan proteksi produksi APRIL Group.

Salah satunya adalah untuk memastikan tidak adanya net zero loss di kawasan yang dilindungi. Dan hal ini sudah terbukti lewat konservasi kawasan Semenanjung Kampar.
 
3. Kemajuan Inklusif

Hal ini mencakup langkah langkah konkrit untuk memberdayakan masyarakat melalui serangkaian inisiatif transformatif khususnya pada aspek pelayanan kesehatan, edukasi, kesetaraan gender dan untuk memerangi kemiskinan ekstrem dalam radius 50 kilometer dari kegiatan operasional di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau.

4. Pertumbuhan Berkelanjutan 

Hal ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis APRIL secara berkelanjutan melalui diversifikasi, sirkularitas dan produksi yang bertanggung jawab.

Restorasi Ekosistem Riau juga tak hanya jadi bagian dari APRIL2030, namun juga jadi salah satu keberhasilan program APR2030 yang diinisasi oleh produsen   serat  viscose-rayon  terintegrasi   terbesar   di Indonesia, yakni   Asia   Pacific   Rayon   (APR).

Asia   Pacific   Rayon   (APR) juga telah merilis   visi   keberlanjutan   dalam   10   tahun   ke depan dalam program APR2030.  Tak jauh beda dengan APRIL2030, strategi APR2030 terdiri dari empat pilar.

Adapun keempat pilar ini diharapkan mampu berkontribusi positif terhadap iklim, alam, manufaktur bersih, serta sirkularitas dan kemajuan yang inklusif.

Ada 19 target spesifik yang akan dicapai pada 2030 lewat program APR2030, dengan target utama diantaranya adalah:

• Sebanyak 20 persen dari total hasil produksi serat viscose (VSF) Asia   Pacific   Rayon terbuat dari bahan daur ulang, sehingga hal ini mengurangi sampah bumi yang kian menumpuk.

• Bertujuan untuk mencapai nol-bersih emisi   dari  penggunaan  lahan. Bersama APRIL Group   selaku   pemasok   utama   serta   mengurangi   setengah   dari intensitas emisi karbon per ton VSF, dengan  menekankan  integrasi vertikal   bersama  

• Bersama APRIL Group, Asia   Pacific   Rayon turut mengurangi tingkat kemiskinan ekstrem dalam radius 50 km dari lokasi produksi.

• Program APR2030  juga turut mendukung konservasi dan perlindungan habitat satwa liar di Indonesia.

Tak hanya itu, Asia   Pacific   Rayon   juga berkomitmen untuk mempromosikan kesejahteraan yang inklusif dan kesetaraan gender, akses kesehatan yang lebih baik bagi para ibu, serta program pengembangan dan gizi anak terpadu.

Semoga hal yang dilakukan oleh APRIL Group dan RAPP serta Asia   Pacific   Rayon   (APR) ini dalam Restorasi Ekosistem Riau di kawasan Semenanjung Kampar dan Pulau Padang ini dapat menginspirasi kita, untuk menjaga kawasan hutan dan lahan gambut dengan lebih baik.

Karena menjaga sustainability dan keanekaragaman hayati, bukan hanya tugas dari APRIL Group dan RAPP serta Asia   Pacific   Rayon   (APR) saja, tapi kita semua.

Karena kalau bukan kita, siapa lagi ?   ***

 

Penulis : DEVI MEWANI (Riau24.com)