Menu

35 Ribu Orang Tewas, Erdogan Sebut Gempa Turki Sebagai Bencana Paling Mematikan Sejak Negara Itu Didirikan 100 Tahun Lalu 

Zuratul 15 Feb 2023, 11:35
Potret Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan yang Menyampaikan Kabar Kepada Dunia Mengenai Kondisi Pasca Gempa Turki-Suriah. (CNBCIndonesia/Foto)
Potret Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan yang Menyampaikan Kabar Kepada Dunia Mengenai Kondisi Pasca Gempa Turki-Suriah. (CNBCIndonesia/Foto)

RIAU24.COM - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengumumkan apada Selasa (14/2) waktu setempat, lebih dari 35 ribu orang meninggal di Turki akibat gempa bumi pekan lalu. 

Laporan terbaru korban jiwa ini menjadikanya bencana paling mematikan sejak negara itu didirikan 100 tahun lalu. 

Kematian yang dikonfirmasi di Turki melewati yang tercatat dari gempa besar Erzincan pada 1939 yang menewaskan sekitar 33 ribu orang. Jumlah korban meninggal pun hampir pasti akan meningkat lebih jauh lagi.

Erdogan mengatakan, 105.505 terluka akibat gempa 6 Februari yang berpusat di sekitar Kahramanmaras dan gempa susulannya. 

Hampir 3.700 kematian telah dikonfirmasi di negara tetangga Suriah, menjadikan jumlah korban gabungan di kedua negara menjadi lebih dari 39 ribu jiwa.

Presiden Turki menyebut gempa itu sebagai bencana abad ini. Dia mengatakan, lebih dari 13 ribu orang masih dirawat di rumah sakit.

Erdogan mengatakan, 47 ribu bangunan yang berisi 211 ribu tempat tinggal telah hancur atau rusak parah sehingga perlu dibongkar. “Kami akan melanjutkan pekerjaan kami sampai warga terakhir kami keluar dari bangunan yang hancur,” kata Erdogan tentang upaya penyelamatan yang sedang berlangsung.

Lembaga bantuan dan pemerintah meningkatkan upaya untuk membawa bantuan ke bagian Turki dan Suriah yang hancur. Namun, situasi di Suriah sangat menyedihkan.

Negara yang menghadapi perang saudara selama 12 tahun telah memperumit upaya bantuan dan berarti berhari-hari perselisihan tentang cara memindahkan bantuan ke negara itu, apalagi mendistribusikannya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meluncurkan seruan 397 juta dolar AS untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan, menyelamatkan jiwa bagi hampir lima juta warga Suriah selama tiga bulan.

Sedangkan di seberang perbatasan Suriah, pusat darurat yang dijalankan oleh UNICEF memberi anak-anak pertolongan pertama psikologis. Tim badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mendorong mereka untuk bermain dan merasa aman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meluncurkan permohonan 43 juta dolar AS. Bantuan ini diharapkan dapat memberikan perawatan dan rehabilitasi trauma, obat-obatan esensial, dukungan mental dan psikososial, dan untuk melanjutkan layanan kesehatan rutin di Turki. 

"Kebutuhannya sangat besar, meningkat setiap jam. Sekitar 26 juta orang di kedua negara membutuhkan bantuan kemanusiaan," kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge dalam sebuah pernyataan.

Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia yang terdiri dari BNPB dan Emergency Medical Team (EMT) melakukan persiapan untuk pengaktifan pelayanan medis kepada warga terdampak gempa Turki Selasa (14/2). Tim EMT yang seluruhnya terdiri dari 119 personel gabungan melakukan survei lokasi dan pembongkaran perlengkapan dan peralatan di Hassa, Provinsi Hatay.

Selanjutnya para personel mendirikan tenda rumah sakit lapangan di wilayah itu. Pendirian fasilitas medis ini membutuhkan suplai air dan listrik.

Sebelum melihat di lapangan, tim yang didampingi Dubes RI untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal ini bergerak menuju Badan Penanggulangan Bencana Turki (AFAD) untuk mendapatkan rekomendasi.

“Dari AFAD dan pemerintah daerah setempat, pemilihan lokasi ini merupakan rekomendasi dari mereka,” ujar Ketua Tim Kemanusiaan Indonesia Bambang Surya Putra dalam siaran persnya, Rabu (15/2).

(***)