Menu

Presiden China Xi Jinping Akan Bertemu Putin di Moskow, Ada Apa?

Riko 22 Feb 2023, 19:03
Foto (net)
Foto (net)

RIAU24.COM - Presiden China Xi Jinping akan melakukan perjalanan ke Moskow untuk bertemu dengan mitranya dari Rusia Vladimir Putin dalam beberapa bulan mendatang. 

Melansir Sindonews mengutip dari Wall Street Journal yang melaporkan hal itu pada Selasa (21/2/2023). Laporan perjalanan tersebut datang saat Beijing terlihat mengambil peran utama dalam menyelesaikan konflik di Ukraina.

“Kunjungan itu akan berlangsung sekitar bulan April atau awal Mei,” ungkap surat kabar Amerika itu, mengutip "orang-orang yang mengetahui rencana itu." 

Sumber mengklaim Xi akan menggunakan pertemuan tingkat tinggi (KTT) dengan Putin untuk mendorong pembicaraan damai multipartai yang bertujuan mengakhiri pertempuran di Ukraina.

Putaran pembicaraan damai berturut-turut gagal tahun lalu, dengan Kiev tiba-tiba menarik diri dari negosiasi di Istanbul pada bulan April. Pejabat Rusia dan lainnya di tempat lain telah mengklaim kekuatan Barat menekan Ukraina untuk meninggalkan pembicaraan, meskipun kesepakatan sudah dekat.

Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi mengumumkan pekan lalu bahwa Beijing akan segera merilis makalah yang menguraikan “posisinya dalam penyelesaian krisis politik Ukraina.” 

Wang mengatakan rencana tersebut akan menghormati “integritas dan kedaulatan teritorial” serta “kekhawatiran keamanan yang sah” baik dari Rusia maupun Ukraina

Namun, Wang menyarankan dorongan China untuk perdamaian dapat mencapai akhir yang sama seperti negosiasi tahun lalu, karena "beberapa kekuatan mungkin tidak ingin melihat pembicaraan damai terwujud," dalam apa yang dilihat sebagai referensi terselubung dugaan intervensi Barat di Istanbul.

Wang tiba di Moskow pada Selasa, dan Wall Street Journal mengatakan dia akan membahas kunjungan Xi dengan para pejabat Rusia. Wang dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Rabu, tetapi masih belum jelas apakah dia akan berbicara dengan Putin

China telah mengambil sikap yang relatif netral terhadap Ukraina, dengan Kementerian Luar Negerinya berulang kali menyerukan pembicaraan damai sambil menyebut AS sebagai "penghasut utama"konflik tersebut. 

Beijing telah menolak bergabung dengan rezim sanksi pimpinan Barat terhadap Rusia, dan telah memperkuat hubungan dagangnya dengan Moskow sejak dimulainya operasi militer di Ukraina Februari lalu.