Menu

25 Tahun Ditunggangi Turis, Punggung Gajah Thailand Cacat dan Miring

Zuratul 11 Mar 2023, 10:42
25 Tahun Ditunggangi Turis, Punggung Gajah Pia Lai Thailand ini Cacat dan Miring. (Kompas/Foto)
25 Tahun Ditunggangi Turis, Punggung Gajah Pia Lai Thailand ini Cacat dan Miring. (Kompas/Foto)

RIAU24.COM - Malang benar nasig gajak bernama Pai Lin di Thailand. Gegara selama 25 tahun menjadi tunggangan turis, punggung gajak ini didiagnosis cacat dan menjadi miring. 

Gajak memang dikenal sebagai binatang yang besar dan kuat. Pai Lin dipekerjakan dalam industri periwisata Thailand selaam 25 tahun dan kini gajak betina tersebut telah menginjak 71 tahun. 

Naik gajak sering dijadikan wahan untuk menarik perhatian wisatawan, Thailand jadi salah satu negara yang melakukannya. 

Ditempat-tempat wisata, punggung gajak dibebani kursi dan berat badan turis sepanjang hari, ditambah harus berjalan keliling trek tertentu. 

Pai Lin yang menjadi tunggangan turis selama puluhan tahun membuat tulang dan jaringan di dalam tubuhnya memburuk, karena tekanan yang terjadi secara terus-menerus pada punggungnya.

Adalah Wildlife Friends Foundation di Thailand (WFFT) yang menyelamatkan Pai Lin pada 2007, di mana ketika itu gajah tersebut dalam keadaan dehidrasi dan ketakutan, beran badannya kurang, dan menderita infeksi pernafasan.

"Punggung Pai Lin masih memiliki bekas luka di titik tekanan lama. Tekanan terus-menerus pada tubuh gajah dapat merusak jaringan dan tulang di punggung mereka, menyebabkan kerusakan fisik yang tidak bisa diperbaiki pada tulang belakang mereka," terang direktur dan pendiri WFFT, Edwin Wiek, seperti dilansir CNN.

Pai Lin tiba di tempat perlindungan WFFT pada 2006, setelah bekerja di industri pariwisata Thailand. Foto-foto cacatnya punggung Pai Lin sendiri rilis oleh WFFT.

"Dia ditinggalkan oleh pemilik sebelumnya yang merasa dia terlalu lamban dan selalu kesakitan dan tidak bisa bekerja dengan baik lagi," tambah Edwin Wiek.

Project Director WFFT, Tom Taylor, menambahkan, punggung gajah sebenarnya tidak dirancang untuk menahan beban yang berat. "Tekanan konstan pada tulang punggung mereka dari wisatawan dapat mengakibatkan kerusakan fisik permanen, yang dapat dilihat di Pai Lin," ungkap Taylor.

Wiek membagikan kisah Pai Lin untuk meningkatkan kesadaran tentang kekejaman terhadap gajah mengingatkan orang untuk tidak menungganginya, karena industri pariwisata Thailand mulai kembali bergairah usai pandemi Covid-19 mereda.

"Penting untuk dipahami bahwa gajah, tidak seperti kuda, tidak dibiakkan untuk ditunggangi. Mereka bukan hewan peliharaan dan diambil dari alam liar dan disimpan dalam kondisi yang mengerikan," katanya.

Pai Lin menjalani hari-harinya bersama 24 gajah lain yang diselamatkan di cagar alam WFFT dekat kota pesisir Hua Hin, sekitar 2,5 jam berkendara dari Bangkok. Usia Pai Lin lebih tua sekarang dan berat badannya bertambah.

"Dia lebih gemuk daripada saat pertama kali datang kepada kami. Tapi, Anda bisa melihat bentuk tulang punggungnya dengan sangat jelas, ini adalah kelainan bentuk fisik yang harus dia jalani, tapi dia baik-baik saja," terang Wiek.

Menurut Wiek, Pai Lin merupakan gajah yang introvert dan tidak terlalu menikmati berada di sekitar gajah lain, tapi menyukai perhatian dari manusia. "Dia menjadi murung ketika menyangkut makanan, tetapi dia adalah gajah yang sangat cantik," ucapnya.

(***)