Menu

Tahukah Anda, Inilah Awal Mula Perbudakan Cina Di Nusantara

Devi 5 Jan 2021, 14:57
Foto : VOI
Foto : VOI

Ada yang menarik dari kedatangan pedagang Tionghoa ke nusantara. Setiap pedagang Tiongkok dikenal selalu membawa dua alat yang sangat khas dalam setiap aktivitas perdagangan di muka bumi. Alat tersebut adalah timbangan satu baki (dacin) untuk penimbangan, dan swipoa untuk menghitung.

Dikutip dari Denys Lombard dalam buku Nusa Jawa Cross Culture Volume 2: Asian Networks (2005), diketahui bahwa timbangan satu baki yang dalam bahasa Melayu disebut dacin (Tionghoa: dacheng), telah tercatat di Sumatera sejak akhir tahun abad ke-16. Frederick de Houtman, kata Denys Lombard, menyebut dacin alat utama orang Cina untuk menimbang merica di Aceh. Untuk itu, dacin yang dimaksud haruslah alat yang berkaliber besar, karena katanya alat tersebut harus digantung pada penyangga agar bisa berukuran setengah bahar beratnya (sekitar 70 kilogram).

Sedangkan swipoa adalah alat hitung yang berasal dari bahasa Cina Suanpan. Penyebutan swipoa yang paling kuno ditemukan dalam Voyage of British Captain Beeckman yang mengunjungi Kalimantan pada 1714. Ia kemudian mencatat banyak hal baru tentang para pedagang di Banjarmasin.

“Orang Banjar mengumpulkan angka atau perhitungan, seperti yang dilakukan orang Tionghoa, dengan benda-benda kecil seperti cetakan Butlon, pada berbagai tongkat yang ditempatkan dalam dua kotak, dalam satu kotak. Ini mereka dorong ke atas dan ke bawah dengan sangat gesit dengan jari-jari mereka, dan sangat tepat dan cepat, ”tambah Beeckman dikutip dari Denys Lombard.

Tidak hanya itu, Denys Lombard juga mencatat informasi dari Comte de Hogendorp yang berkunjung ke Batavia sekitar tahun 1830. Menurutnya, pedagang Tionghoa terkecil di Batavia pun memiliki buku-buku perdagangan yang selalu diisi dengan cermat. Hogendorp bahkan bercanda: sulit membayangkan bahwa buku perdagangan disusun oleh orang-orang China tanpa bantuan swipoa.

Halaman: 23Lihat Semua